Estetika Rasionalisme Jerman
11-10-2013
Alexander Gottlieb Baumgarten (1714-1762)
a. Lahir di Berlin, anak kelima dari
tujuh bersaudara, Ayahnya merupakan seorang pendeta, Jacob Baumgarten dan
istrinya adalah Rosina Elisabeth
b. Sangat dipengaruhi oleh Gottfried
Wilhern Leibniz (1646-1716) seorang filsuf matematikawan Jerman
c. Juga dipengaruhi oleh filsuf Jerman
Christian Wolff
Rasionalisme
1.
Sebuah
periode kebudayaan atau pergerakan intelektual di abad 18, yang berkembang di
Barat terutama di Eropa
2.
Juga
sering disebut Era Pencerahan (Enlightment
, aufklarung)
3.
Tokoh-tokoh
yang mempengaruhi dari abad 17 : Baruch Spinoza, Voltaire, Isaac Newton, John
Locke
4.
Estetika
sebagai ilmu pengetahuan dan member tahukan kebenaran/truth (logis)
Estetika
menurut Baumgarten:
1.
“Indrawi”
(sensitiva) : kemampuan kognisi yang
lebih rendah (inferior) yang mencerap
sensasi dan membentuk pengetahuan indrawi
2.
“Intelek”
(intellectus): kemampuan kognisi yag
lebih tinggi, yang mengetahui hal-hal secara filosofis
Baumgarten beranggapan bahwa
Estetika adalah ilmu pngetahuan, dan juga pengalaman estetis dapat dijelaskan
secara logis
Estetika dan Logika saling
melengkapi
Definisi
Estetika menurut Baumgarten:
“Estetika (sebagai teori Liberal
arts, sebagai kognise yang lebih inferior, sebagai teori tentang berpikir secara
indah dan sebagai seni berpikir yang disamakan dengan akal) adalah sebuah
Sains mengenai kognisi pancaindawi (sensual
cognition)”
Definisi
Estetika :
“Kapasitas Kognisi inferior ini,
yang terbentuk secara alamiah, diwajibkan untuk berpikir secara indah. Hal ini
tidak saja mungkin ada, secara secara simultan dengan kognisi alamiah yang
lebih tinggi,tapi diwajibkan sebgai prasyarat berpikir secara indah (Beautiful Thinking ) (Aesthetica , 41)
Tentang
kebenaran secara Estetika
Kebenaran Estetika adalah kebenaran
yang didapatkan langsung lewat indra, tanpa interpretasi, yang merupakan sebuah
kebenaran yang melindungi pengalaman yang dirasakan secara langsung , dalam
kekayaan dan komplektisitasnya secara individu
Estetika Monad:
Reprentasi Estetik tentang kesatuan
yang lebih besar dalam suatu benda yang indah : Berpikir secara Indah (Pulchre Cogitare)
Menganggap bahwa, setiap pengalam
yang kita dapatkan adalah melalui pengalaman indra menurut kebenaran estetika
Baumgarten
3 kriteria “kebenaran estetik”(
berfungsi untuk menilai kesempurnaan dari kognisi/pengetahuan indrawi)
1.
Kekayaan
imajinasi : lebih sempurna semakin banyaknya elemen individual
2.
Magnitud
/besarnya Imajinasi : komplektisitas yang terkait dengan suatu permasalahan
3.
Kejelasan
/ kejernihan penyampaian/ penghadiran
Tentang “Kejelasan Ekstensif”(Claritas Extensiva)
“Kejelasan secara ekstensif” harus
dijadikan tolak ukur kesempurnaan kognisi pancaindrawi karena jelas/Jernih,
meski tetap kabur / ambigu
Sifatnya indrawi , tidak selalu
konseptual (Confused Cognition),
tidak bisa didapatkan melalui logika semata
Nilai guna Seni
1.
Sebauh
teori mengenai confused cognition, sebagai teori tentang pengalaman
pancaindrawi membantu rasionalitas
2.
Berhadapan
dengan seni membantu kita untuk menjadi manusia yang lebih “utuh”(well rounded), yang mampu menyeimbangkan sensualitas dan rasionalitas
Sumbangan Baumgarten terhadap
Estetika:
a.
Karena
Baumgarten, Estetika membuat langkahan besar menuju otonominya sebagai
disiplin/ cabang filsafat
b.
Penekanan
terhadap pancaindrawi sebagai aspek kognisi
Nb:
Kebenaran Seni berbeda dengan kebenaran Logis namun,
Estetika dan Logika saling melengkapi
Estetika
Kuliah pengganti
11-10-2013
Empirisme: Sistem Filsuf utama
Seperti Rasionalisme, terfokus pada
“Etimologi” : teori tentang pengtahuan
Menurut Empirisme ,sumber
pengetahuan adalah “pengalaman indrawi” dan bukan “benak”
Pendekatan ini memiliki dampak
langsung pada penilaian estetika
KEY TOPICS AESTHETICS:
a. Imajinasi
b. Selera
c. The
Sublime
Pengalaman Empiris dating dari pengalam
indrawi
Hutcheson
a.
Lahir
di Irlandia, keluarga Skotlandia
b.
Tokoh
dari pencerahan Skotlandia
c. Karya terbesar Inquiry into the Original of our Ideas of Beauty and Virtue(1725)
dan Inquiry Concerning of
Beauty,Order,Harmony,Design (1738)
d.
Kontribusi
terbesar untuk Estetika adalah konsep – konsep tentang “indra internal” dan “Uniformity
in Variety”
Bagi Empiris “Pleasure”/nikmat sangatlah penting contoh 3 jenis “nikmat” dari
Hutcheson
a.
Indera
– Badan
b.
Nalar
– Intelek
c.
Keindahan
– Indera Internal : tidak terbentuk, tidak berorgan namun disisi lain seperti
indra ,mampu merasakan seperti halnya indra kita merasakan /mengalami nikmat
keindahan / The pleasure of Beauty menurut Hutcheson muncul secara:
a.
Natural:
tanpa adanya pembentukan dari social kita
b.
Wajib:
berdasarkan keinginan/ mengakui
c.
Langsung
:terlepas dari proses berpikir / tanpa pertimbangan
d.
Tanpa
menambah pengetahuan: terlepas dari pengetahuan
The Pleasure of Beauty dibagi dua
yaitu:
1.
Internal:
dari diri sendiri
2.
Uniformity variety(keberagaman dalam kesatuan) :dari
benda-benda
Dan menurut Hutcheson keindahan
dibangun diatas kesatuan
Anthony
Shafesbury
a.
Lahir
di London, Inggris dari keluarga aristokratik
b.
Siswa
dari seorang filsuf, John Locke
c.
Meninggal
di Naples, Italia
d.
Kontribusi
terbesar untuk estetika adalah konsep”ketanpa pamrihan”
David
Hume(1711-1776)
a.
Dipengaruhi
John Locke
b.
Lahir
di Edinburg, Skotlandia
c.
Dianggap
sebagai seorang filsuf terpenting
d.
Karya
terbesarnya adalah Treatise On Human
Nature (1739)
e.
Kontribusi
terbesar terhadap Estetika:
1. Penjelasan bahwa pengetahuan dating
dari pengalaman indrawi, teori tentang prinsip” asosiasi
2. Teori tentang “ standar selera” (Standart of Taste)
Standart of Taste:
1. Kehalusan (Delicacy): peka terhadap lapisan-lapisan halus keindahan
2. Pikiran sehat (Good Sense): Waras
3. Terlatih(Practice): Sering berhubungan dengan karya seni
4. Punya perbandingan (Comparison): tahu yang jelek, dan yang
bagus
5. Bebas dari prasangka : Orang yang
memiliki Standart of Taste
Edmund
Burke(1728-1797)
a. Lahir di Irlandia
b. Lulusan Trinity College di Dublin
c. Seorang Politikus
d.
Karya
terkenal Philosophy Inquiry into Origin
of Our Ideas of Sublime and The Beauty(1790)
e. Kontribusi terhadap Estetika tentang
konsep “ Yang Sublim” dibedakan dari
yang indah